Benarkah Sekali Selingkuh Akan Selingkuh Terus? Ini Fakta Mengejutkan!

Benarkah Sekali Selingkuh Akan Selingkuh Terus? Ini Fakta Mengejutkan!

Dalam dunia percintaan, isu mengenai perselingkuhan selalu menjadi topik yang sensitif, membingungkan, dan seringkali menimbulkan perdebatan panjang. Salah satu pernyataan yang paling sering diucapkan saat membicarakan masalah ini adalah, “Once a cheater, always a cheater” – atau dalam Bahasa Indonesia, “Sekali selingkuh, tetap selingkuh.” Frasa ini kerap menjadi landasan bagi banyak orang untuk memutuskan masa depan hubungan mereka, terutama jika mereka berhadapan dengan pasangan yang pernah berselingkuh di masa lalu. Namun benarkah pernyataan ini mutlak benar? Mungkinkah seseorang yang pernah berselingkuh bisa berubah dan membangun hubungan yang sehat dan setia?

Artikel ini akan membahas lebih dalam isu ini dari berbagai sudut pandang — psikologis, emosional, dan relasional. Dengan informasi dan perspektif yang lebih luas, harapannya Anda bisa memahami diri sendiri dan pasangan dengan lebih baik serta membentuk opini berdasarkan fakta, bukan hanya stigma sosial.

Perselingkuhan: Realita yang Kompleks

Sebelum menyimpulkan bahwa semua orang yang pernah selingkuh akan melakukannya lagi, penting untuk memahami bahwa tidak semua bentuk perselingkuhan itu sama. Ada berbagai alasan mengapa seseorang melakukan perselingkuhan, antara lain:

  1. Ketidakpuasan Emosional
    Banyak orang berselingkuh bukan karena mereka tidak mencintai pasangannya, tetapi karena mereka tidak mendapatkan dukungan emosional yang mereka butuhkan. Hal ini biasanya terjadi ketika komunikasi dalam hubungan buruk, atau saat seseorang merasa terabaikan atau tidak dihargai.

  2. Masalah Komitmen
    Sebagian individu memang memiliki kesulitan dalam berkomitmen — entah karena trauma masa lalu, ketakutan akan kedekatan emosional, atau kurangnya kematangan emosional. Mereka mungkin tidak siap untuk hubungan jangka panjang yang penuh tanggung jawab.

  3. Faktor Situasional
    Tidak jarang perselingkuhan terjadi karena kondisi atau situasi tertentu, misalnya saat sedang jauh dari pasangan dalam waktu lama, pengaruh alkohol atau tekanan lingkup sosial. Ini bukan pembenaran, tapi menunjukkan bahwa keadaan juga bisa menjadi pemicu.

  4. Kepribadian atau Pola Hidup
    Ada sebagian kecil orang yang memang memiliki pola perilaku manipulatif, narsistik, atau cenderung menghindari keterikatan. Bagi orang-orang seperti ini, perselingkuhan bisa jadi bagian dari siklus berulang karena adanya kekosongan batin yang terus dicari di luar pasangan mereka.

Apakah Seseorang Bisa Berubah?

Pertanyaannya sekarang, apakah seseorang yang pernah berselingkuh bisa berubah? Jawabannya: bisa. Namun, proses perubahan ini tentu tidaklah mudah dan bergantung pada komitmen individu tersebut untuk memahami akar penyebab tindakannya dan melakukan perbaikan secara sadar.

Beberapa indikator bahwa seseorang betul-betul ingin berubah:

  1. Mengakui Kesalahan Tanpa Membela Diri
    Seseorang yang benar-benar menyesali tindakannya akan mampu mengatakan, “Saya salah,” tanpa menyalahkan pasangan, teman, atau keadaan. Mereka tidak akan berkata, “Saya selingkuh karena kamu tidak memberikan perhatian.”

  2. Bersedia Bekerja Sama dalam Proses Pemulihan
    Orang yang ingin berubah akan bersedia membuka komunikasi, transparan, dan mungkin bersedia menjalani konseling pasangan untuk memperbaiki hubungan. Mereka menyadari bahwa kepercayaan yang rusak tidak dapat dipulihkan dalam semalam.

  3. Konsistensi Perilaku dalam Jangka Waktu Panjang
    Perubahan sejati ditunjukkan dari konsistensi. Ini bukan tentang janji-janji manis, tetapi tindakan nyata yang terus dilakukan — seperti tidak menyembunyikan ponsel, tetap jujur dalam komunikasi, dan menghargai batasan pasangan.

  4. Pertumbuhan Pribadi yang Nyata
    Apakah dia mencoba memperbaiki diri dalam aspek lainnya, seperti mengelola emosi, meningkatkan empati, atau belajar menjadi pasangan yang lebih baik? Jika iya, kemungkinan besar dia memang berusaha untuk berubah.

Apakah Kita Harus Memberi Kesempatan Kedua?

Memberi kesempatan kedua kepada seseorang yang pernah berselingkuh adalah keputusan yang kompleks dan sangat pribadi. Tidak ada jawaban hitam putih. Namun, Anda bisa mempertimbangkan beberapa pertanyaan berikut sebelum memutuskan:

  • Apakah dia sudah menunjukkan penyesalan dan tindakan nyata selama ini?
  • Apakah Anda masih memiliki rasa cinta dan kesiapan untuk membangun kembali hubungan?
  • Apakah Anda merasa bisa mempercayainya lagi, meskipun butuh waktu?
  • Apakah hubungan Anda sebelumnya memiliki fondasi komunikasi yang bisa diperbaiki?

Yang perlu diingat adalah bahwa memberi kesempatan kedua bukan berarti Anda lemah atau tidak punya harga diri. Justru, ini menunjukkan kekuatan dan keberanian untuk melihat manusia sebagai makhluk yang bisa tumbuh dan berkembang.

Namun, jika Anda merasa pasangan Anda tidak berubah, tidak ada niat memperbaiki hubungan, atau Anda terus disakiti dalam siklus yang sama — maka menetapkan batas dan meninggalkan hubungan itu bisa menjadi bentuk cinta terhadap diri sendiri.

Yang Percaya “Once a Cheater, Always a Cheater”

Sebaliknya, penting juga untuk menghormati keputusan orang-orang yang mempercayai frasa “Once a cheater, always a cheater.” Banyak dari mereka mungkin pernah mengalami luka yang mendalam akibat perselingkuhan, dan memilih untuk tidak mengambil risiko yang sama lagi.

Dalam hubungan yang sehat, batasan dan nilai pribadi itu penting. Jika Anda berprinsip bahwa kesetiaan adalah harga mati dan tidak bisa ditawar, maka berpegang teguh pada prinsip itu adalah hak Anda. Jangan merasa bersalah karena tidak ingin memberi kesempatan kedua — itu juga merupakan bentuk perlindungan terhadap diri sendiri.

Menghindari Hubungan dengan “Cheater”: Bijak atau Terlalu Umum?

Pertanyaan berikutnya yang sering muncul adalah: Amankah menjalin hubungan dengan seseorang yang pernah berselingkuh sebelumnya?

Jawabannya tergantung pada konteks dan individu tersebut. Tidak semua orang yang berselingkuh memiliki karakter buruk. Terkadang, kesalahan masa lalu justru menjadikan seseorang lebih matang dan sadar akan nilai-nilai dalam hubungan.

Namun demikian, tetaplah waspada dan jangan terburu-buru. Bangun hubungan dengan proses yang sehat:

  • Kenali nilai-nilainya dalam hubungan, apakah ia menghargai kesetiaan?
  • Perhatikan bagaimana ia memperlakukan Anda dan orang lain.
  • Carilah tindakan, bukan hanya kata-kata.
  • Bangun komunikasi jujur sejak awal.

Penutup: Perspektif Baru untuk Kita Semua

Stigma dan label seperti “Once a cheater, always a cheater” memang tampak meyakinkan di permukaan. Tapi ketika kita mencoba memahami lebih dalam, kita akan menemukan bahwa manusia memiliki kapasitas yang luar biasa untuk berubah, tumbuh, dan belajar dari kesalahan — jika mereka mau.

Jika Anda berada di sisi yang pernah diselingkuhi, validkan perasaan Anda. Luka Anda nyata, dan proses penyembuhannya pun akan memakan waktu. Jika Anda berada di sisi yang pernah berselingkuh, sadari bahwa perubahan bukan hanya soal membuktikan kepada orang lain, tetapi soal membuktikan bahwa Anda mampu menjadi versi terbaik dari diri sendiri.

Di dunia ini tidak ada hubungan yang sempurna, tetapi ada hubungan yang bisa menjadi sehat, jujur, dan otentik — ketika dua orang di dalamnya mau belajar, berubah, dan saling memahami. Jadi, daripada hanya terpaku pada kalimat “Once a cheater, always a cheater”, mari kita lihat seberapa besar usaha seseorang untuk tumbuh dan menjalin hubungan yang lebih bermakna.

Karena pada akhirnya, bukan masa lalunya yang menentukan siapa dia — tetapi bagaimana dia memilih untuk bertindak hari ini dan esok.

More Reading

Post navigation

Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *